
KPU Kota Yogyakarta Paparkan Praktik Pemilu Inklusif dalam Kelas Praktisi FISIPOL UGM
Yogyakarta— Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta kembali memperkuat sinergi antara lembaga penyelenggara pemilu dan institusi pendidikan tinggi melalui partisipasi dalam program dosen praktisi di Universitas Gadjah Mada.
Bertempat di ruang BRI-Worker Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) UGM, Ketua KPU Kota Yogyakarta, Noor Harsya Aryosamodro, hadir sebagai narasumber dalam mata kuliah “Sistem dan Tata Kelola Pemilu” dengan topik pembahasan “Menakar Aksesibilitas Pemilu Bagi Penyandang Disabilitas: Studi Kasus di Kota Yogyakarta”.
Kegiatan yang diselenggarakan pada Rabu (18/6) ini dipandu oleh Asisten Dosen Sherlly Rossa, S.I.P., dan dihadiri oleh mahasiswa S1 UGM, perwakilan KPU dan Bawaslu Kabupaten Sleman, serta Dekan FISIPOL UGM. Dalam paparannya, Noor Harsya menyampaikan pentingnya pendekatan inklusif dalam setiap tahapan penyelenggaraan pemilu, mulai dari pemutakhiran data pemilih hingga penyediaan sarana prasarana yang ramah disabilitas di tempat pemungutan suara (TPS).
Ia juga menggarisbawahi upaya KPU Kota Yogyakarta dalam menjalin kerja sama dengan organisasi penyandang disabilitas, tokoh masyarakat, serta pihak-pihak terkait demi memastikan hak konstitusional warga negara terpenuhi secara setara, tanpa diskriminasi.
Setelah sesi pemaparan, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil untuk mendalami tantangan nyata dalam penyelenggaraan pemilu yang inklusif dan menyusun solusi strategis yang dapat diterapkan di masa mendatang.
Diskusi berlangsung aktif dan kritis, mencerminkan antusiasme mahasiswa dalam memahami dinamika praktik demokrasi di tingkat lokal. Dari perspektif akademik hingga administratif, para peserta diajak untuk berpikir secara sistematis mengenai tata kelola pemilu yang tidak hanya tertib dan sah, tetapi juga adil dan merangkul seluruh kelompok masyarakat.
Dengan terselenggaranya kegiatan ini, diharapkan kolaborasi antara KPU Kota Yogyakarta dan institusi pendidikan tinggi dapat terus terjalin untuk memperkuat literasi pemilu, khususnya di kalangan pemilih pemula dan kelompok akademisi muda.
Partisipasi aktif dari generasi muda dalam proses demokrasi akan menjadi fondasi penting dalam membangun penyelenggaraan pemilu yang berintegritas, inklusif, dan berkelanjutan. (salsa)